Cerpen:
Air Matanya
“Sejenak aku
berpikir jika hidupnya berakhir, kumohon agar Tuhan mengajak aku agar terus
bersamanya. Selalu ku sebut namanya dalam setiap doaku karna aku teramat
menyayanginya hingga tak kuasa aku ingin selalu memeluknya dan mengatakan
semuanya akan baik-baik saja jika dia sedang bersedih”
Dalam heningnya dini hari aku mendengar suara isak
tangis yang membuatku penasaran darimana datangnya suara itu. Bayangkan saja
ketika langit gelap tiba-tiba terdengar suara orang menangis. Aku sempat
berpikir mungkin saja itu suara hantu atau apapun sejenisnya tapi apa mungkin
rumahku dihuni oleh hantu? Aku semakin merinding memikirkannya. Kemudian secara
perlahan aku keluar dari kamarku… “Suara siapa sih subuh-subuh gini kayak ada
yang nangis?”, pikirku dalam hati. Aku semakin penasaran dan ketika aku sadari
ternyata datangnya dari kamar bunda.
Ketika aku berniat untuk mengetuk kamar bunda, aku
mendengar samar kalimat yang bunda ucapkan, ”Ya Allah… Berikanlah kebahagiaan
untuk keluarga kecil kami. Berikanlah keberkahan dalam keluarga ini. Utuhkanlah
keluarga kami sampai maut-Mu yang memisahkan. Jagalah ketika anak-anakku. Sayangilah
mereka”.
Seketika aku membeku dan tak kuat menahan air mata yang
langsung jatuh ke pipiku. Terkadang aku berpikir, bunda adalah orang yang
sangat baik dan penyayang. Aku jadi menyesal jika ingat aku suka mengeluh dan
berbicara dengan nada yang tinggi ke bunda. Langsung ku ambil air wudhu dan
meminta mohon ampun kepada-Nya atas kata-kata yang tak sengaja menyakiti hati
bunda.
Hanya satu perempuan yang teramat aku sayangi dan aku
kagumi. Jika aku ada kesempata dimana aku bisa membalas semua kebaikan bunda. Apapun
yang bunda minta pasti akan aku berikan. Entah mengapa aku selalu berpikiran
bahwa selagi orangtua kita masih bernapas, manfaatkanlah waktumu sebaik-baiknya
dengan orang yang teramat kita sayangi sebelum masa waktunya telah habis. Jadi,
lakukanlah yang terbaik sebelum semuanya terlambat.
Note:
Cerpen khusus untuk bunda
No comments:
Post a Comment